Masyarakat Betawi sebagai penduduk pribumi di Jakarta merupakan hasil dari kristalisasi berbagai unsur suku bangsa yang saling berinteraksi. Beberapa suku bangsa yang datang ke Jakarta berasal dari etnis yang ada di nusantara dan mancanegara. Pembauran yang terjadi berlangsung pada abad XVI pada saat masyarakat Betawi terlihat sebagai kelompok sosial kultural yang berbeda dengan kelompok lainnya. Hal itu tampak dari adat istiadat, bahasa yang dipergunakan,  dan jenis keseniannya8.  Asimilasi dalam pola kehidupannya
memberikan nuansa heterogen pada bentuk kesenian yang dimilikinya. Sebuah bentuk kesenian yang baru dari hasil akulturasi kebudayaan terjadi pula di dalamnya yaitu musik Gambang Kromong yang merupakan hasil dari adanya penyatuan itu.
Musik Gambang Kromong banyak berkembang dikalangan masyarakat Cina Benteng (Peranakan antara orang Betawi dan orang Cina). Suku bangsa Cina yang datang ke Indonesia berasal dari kota Canton, Fukien, dan Ka-eng- tjiu. Perdagangan merupakan faktor penunjang kedatangan suku bangsa tersebut. Dalam kehidupan kesehariannya bahasa yang dipergunakan sebagai bahasa pengantar mempergunakan dialek kongfu, hokkian, hakka, dan kuo-yu. Pada dasarnya dalam komunitas itu bahasa yang sering dipergunakan yaitu dialek kuo-yu.  Masuknya  suku bangsa  Cina  (Tionghoa)  ke Indonesia  (Jakarta)
membawa budaya yang berasal dari negaranya. Hal itu tampak pada pola kehidupan yang dilakukan dalam kesehariannya. Pada masyarakat Cina yang ada di Jakarta terdapat dua sebutan untuk membedakan dua kelompok yang masih orisinil dan sudah mengalami pembauran. Bagi orang Cina yang masih orisinil disebut dengan singkhek (tamu baru), sedangkan yang sudah mengalami pembauran disebut peranakan. Bentuk kesenian yang dimainkan oleh orang- orang Tionghoa di Jakarta masih mencirikan dari kebudayaan Cina. Alat musik yang dipergunakan dalam bentuk hiburan dan upacara ritual seperti terompet jutao (seperti slompret di Jawa dengan enam lubang), cecer/gembreng (kecer), genderang, canang, sukong, tehyan, kongahyan, dan suling merupakan adanya indikasi penggunaan instrumen dari negeri Cina.10 Masyarakat Cina Benteng mengembangkan  bentuk keseniannya dengan menggabungkan  bentuk kesenian dari suku bangsa yang ada di Jakarta. Penggabungan tersebut membuat sebuah
bentuk musik yang baru yang disebut Gambang Kromong. Penyebutan musik Gambang Kromong  berasal dari alat musik yang dipergunakan dalam ensambel tersebut  yaitu  Gambang  dan  Kromong.  Adapun  alat-alat  musik yang dipergunakan dalam ensambel Gambang Kromong yaitu: gambang, kromong, suling/basing (ditiup secara horisontal dengan mempergunakan enam lubang), jutao, kongahyan, tehyan, sukong, kecrek, ningnong, satu buah gendang besar, dua buah gendang kecil (kulanter), kempul, dan gong. Penambahan alat musik dalam  ensambel  Gambang  Kromong  menandakan  adanya  akulturasi  budaya Cina dengan masyarakat yang ada di Jakarta. Menurut Phoa musik Gambang Kromong muncul pada tahun 1880 pada saat Bek Teng Tjoe seorang kepala kampung Tionghoa di Pasar Senen mempertunjukannya untuk penyambutan dan menghibur para tamu.11Pada tahun 1937 orkes-orkes musik Gambang Kromong mencapai masa populernya